Seberapa-pun besarnya diri kita, itu adalah akibat dari
pertolongan dan sentuhan tangan banyak orang. Siapa sosok yang kita anggap paling sukses di dunia ini?
Thomas Alva Edison misalnya, siapa yang tidak kenal dengannya? Ia adalah salah
satu penemu terbesar planet ini. Namun, kesuksesan yang ia raih juga tak lepas
dari bantuan banyak orang, diantaranya adalah “ibu” yang selalu mendidik dan
mendampinginya sedari kecil. Bahkan seorang Nabi-pun tidak mampu berjuang sendiri, ia
tetap membutuhkan orang-orang terbaik di sekitarnya yang selalu mendukung
setiap sendi perjuangannya.
Kali ini saya ingin lebih fokus membicarakan persoalan
finansial yang menjadi salah satu masalah besar bangsa ini hingga kini. Dalam
pandangan saya, yang bisa menjadi solusi terbaik bangsa ini dalam menghadapi
kemiskinan dan berbagai persoalan keuangan adalah memahami sepenuhnya bahwa “kita
adalah jalan bagi orang lain”. Saya akan menjelaskannya dengan sebuah kisah sederhana yang saya alami beberapa waktu lalu.
Baca juga bahaya sedekah
Suatu pagi saat duduk di ruangan hendak mempersiapkan kuliah, saya dipanggil oleh salah seorang rekan. Panggilan yang cukup menarik dan menyenangkan, karena panggilan ini datang dari seorang bendahara sebuah kegiatan. Memang beberapa bulan sebelumnya saya terlibat dalam kegiatan yang juga melibatkan banyak orang. Bukan kegiatan beberapa bulan sebelumnya yang akan saya ceritakan, melainkan panggilan pagi itu. Seperti biasa, jika panggilan itu datang dari seorang bendahara maka itu adalah berita baik. Itu adalah pembagian “honorium” kegiatan yang saya sendiri sudah benar-benar melupakannya jika tidak diingatkan pagi itu. Jumlahnya memang tidak besar, tapi tetap saja menyenangkan karena saya sama sekali tidak menyangka akan memperolehnya.
Teman-teman tau apa yang terjadi setelahnya? Tidak persis
setelahnya, karena setelah dari ruangan itu saya langsung menuju ruang kelas
untuk memberi kuliah. Namun beberapa menit setelah kuliah usai, saat berjalan
menuju masjid untuk menunaikan sholat dzuhur, di perjalanan menuju anak tangga
pertama, langkah saya terhenti, ada beberapa orang junior di organisasi berdiri
dengan wajah memelas sambil membawa beberapa kertas yang dijilid rapi. Tanpa harus diberitahu saya langsung mengerti maksud mereka.
Pastilah ada kegiatan dan sepertinya kekurangan dana. Setelah “mengobrol”
beberapa saat, saya menyodorkan beberapa bagian yang baru saja saya terima dua
jam sebelumnya sambil tersenyum. Senyum mereka juga mengembang saat menerimanya.
Sumber: ayoberbagi.net |
Tidak hanya sampai disitu, sore harinya sebelum pulang ke
rumah, saya kembali dihubungi oleh salah seorang junior. Tujuannya juga tak
jauh berbeda, mereka butuh (pertolongan) lagi. Dengan senang hati saya kembali
membagi beberapa bagian rupiah untuk membantu kebutuhan mereka. Sambil melangkah pulang saya tersenyum dalam hati “Allah
memang begitu Hebat”. Dia (yang Maha Mengatur alam semesta) menitipkan rezeki
melalui tangan saya untuk diserahkan kepada orang-orang terbaik yang telah
dipilihnya menerima rezeki tersebut.
Teman-teman, jika suatu saat kita mendapatkan rezeki yang
tidak disangka-sangka, sebaiknya kita melihat dan memperhatikan sekitar. Mungkin
saja Allah hanya menitipkan sementara lewat tangan kita agar kita bisa
bersyukur atas kebesaran-Nya. Karena kita adalah jalan bagi orang lain. Ada
milik mereka yang membutuhkan dalam setiap rupiah yang kita pegang.
1 Komentar
Saya kutip kata2 ini .“Allah memang begitu Hebat”. Dia (yang Maha Mengatur alam semesta) menitipkan rezeki melalui tangan saya untuk diserahkan kepada orang-orang terbaik yang telah dipilihnya menerima rezeki tersebut.
BalasHapusTrmksih sudah mengingatkan kak..