MENETAP

 

“MENETAP”
Oleh: Agung Kharisma Hidayah

Bengkulu adalah sebuah kota yang terletak di pesisir pantai yang melengkung membentang di sepanjang sisi sebelah barat Pulau Sumatera. Di Kota inilah saya menghabiskan banyak waktu, mulai dari kuliah, berorganisasi hingga bekerja dan menetap di sini. Ada banyak hal yang mebuat saya betah berada di bumi rafflesia ini, mulai dari alamnya yang indah, suasananya yang menyenangkan, kotanya yang masih relatif sepi untuk ukuran ibukota provinsi membuat Bengkulu cukup nyaman untuk didiami, juga alasan pekerjaan, hingga satu alasan penting yang memantapkan saya untuk menetap di sini yakni menemukan pujaan hati. Ceilee, hehe. Semoga menetap secara fisik juga diiringi dengan menetap secara batin, saat hati menemukan pelabuhan terakhir dan jiwa bersua dengan belahannya.

Perjalanan panjang ini bermula dari akhir 2018, kala itu bucik yang merupakan anak dari nenek yang sudah lama tinggal di Bengkulu akan melangsungkan acara pernikahan. Sebagai cucu dan keponakan yang baik(?) saya turut membantu berbagai persiapan, salah satunya yakni mengantarkan undangan. Kertas undangan tersebut membawa saya kepada rekan datuk yang kebetulan bekerja di tempat yang sama dengan tempat saya bekerja. Rekan datuk itulah yang pada akhirnya saya panggil ayah (mertua). Kami sama-sama bekerja di Universitas Muhammadiyah Bengkulu, sebuah kampus di kota Bengkulu yang bukan hanya menjadi tempat bekerja, namun juga sebagai tempat kuliah dan berorganisasi pada awalnya (soal kampus barangkali akan saya ceritakan pada tulisan lain). Kembali pada urusan undangan yang entah bagaimana caranya undangan yang seharusnya saya antarkan ke rekan datuk justru saya titipkan pada seorang gadis yang saat itu masih kuliah semester 3 dan pada akhirnya saya sebut istri. Saya tidak ingat bagaimana detail kejadiannya, tapi sepertinya itulah pertemuan pertama kami yang masih sangat biasa, belum ada perasaan cinta apalagi niat untuk mempersuntingnya. Pertemuan tetaplah pertemuan, Tuhan punya rencana sendiri untuk membawa pertemuan itu ke arah yang tepat.

Setelah pertemuan pertama itu kami saling bertukar kontak, lalu sesekali saling bertegur sapa di dunia maya. Setelah itu tidak ada pertemuan lainnya, saya sibuk dengan aktifitas sehari-hari, dia juga sibuk dengan kuliahnya. Pada rentang waktu beberapa tahun itu paling tidak ada satu moment yang kembali mempertemukan kami. Kala itu 14 maret 2019, di salah satu kegiatan Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah yang merupakan organisasi tempat kami dikader pada masa yang berbeda. Saat itu ia menggunakan pakaian adat Bengkulu berwarna merah dengan ornament sunting di bagian kepala, baru saja selesai menampilkan tarian persembahan pada acara tersebut. Saya juga hadir untuk sekedar melihat-lihat dan di sela-sela kegiatan itu kami sempat mengabadikan satu gambar yang sampai saat ini masih tersimpan sebagai kenangan. Itu adalah foto pertama yang kami punya.


Tidak ada yang berubah setelah pertemuan singkat pada acara milad IMM itu, kami tetap menjalani hidup masing-masing. Saya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan kampus, ia juga fokus pada kuliah yang membawanya menjadi lulusan terbaik Universitas Muhammadiyah Bengkulu pada wisuda periode Oktober 2021.

Pada awal tahun 2021 kami mulai lebih sering berkomunikasi, saling bertanya kabar walaupun lebih banyak saya yang bertanya sedangkan ia hanya menjawab seadanya, hehee. Komunikasi mulai terjalin lebih baik, membawa kami bertemu beberapa kali saat menyelesaikan urusan kampus untuk sekedar bertegur sapa dan berbicara seperlunya. Komunikasi itu membawa kami perlahan-lahan mulai dekat, saya mulai tau banyak tentang dirinya dan keseharianya, pun begitu pula sebaliknya. Saya tau kalau ia ternyata alumni salah satu pesantren di kota Bengkulu yang lalu melanjutkan ke Madrasah Aliyah terbaik di Bengkulu yang membuat saya perlahan mulai tertarik karena saya yakin ia memiliki pondasi agama yang baik. Sampai pada titik ini belum ada hubungan apa-apa.

21 September 2021. Tepat di hari ulang tahun saat usianya genap 22 tahun, pertama kali saya memberanikan diri untuk datang ke rumahnya membawa sebuah kue bertuliskan HBD Dhea, dengan bantuan sang adik yang mau diajak bekerja sama, saya mengucapkan selamat dan memanjatkan do’a untuk kebaikan dan keselamatanya. Bagi orang lain mungkin itu adalah hal biasa, datang ke rumah seorang gadis membawa sebuah kue lalu bertemu dengan keluarganya. Tapi bagi saya yang saat itu terpaut usia 5 tahun lebih dengannya, juga kebetulan satu kantor dengan Ayahnya, maka pertemuan seperti itu harus benar-benar dipertimbangkan dengan matang. Karena kita tentu sadar bahwa pertemuan-pertemuan seperti itu bisa berujung kebaikan namun juga bisa saja meninggalkan bekas luka.

Satu bulan kemudian saya kembali hadir pada acara keluarganya, yakni syukuran setelah wisuda. Bertemu dengan keluaga besar yang juga hadir dan ikut berbahagia. Pada acara itu saya dikenalkan dengan keluarga yang hadir, mulai dari datuk, nenek, makwo, bungsu, hingga para sepupu dan keluarga besar lainnya. Pada acara itu kami mengambil beberapa foto hasil jepretan abang-abang studio, Hehe.

Setelah acara itu kami kembali sibuk masing-masing, ia sudah melanjutkan kuliah untuk mengambil profesi Ners sedangkan saya tetap pada kesibukan sehari-hari seperti biasa. Hingga pada tanggal 27 April 2022 setelah menimbang banyak hal, meminta petunjuk dari yang Maha Kuasa akhirnya dengan mantap saya datang ke rumahnya. Hari itu adalah hari rabu di bulan puasa, setelah sholat isya dan tarawih saya berkendara di bawah langit malam yang sedikit rintik menuju rumahnya untuk bertemu kedua orang tua. Bismillah, saya sudah benar-benar yakin. Malam itu kami duduk bertiga melingkar di atas kursi, saya duduk di tengah dekat pintu masuk, Ayahnya disebelah kiri dekat dengan meja, ibunya di sebelah kanan di depan pintu kamar, sedangkan ia mengintip dari balik pintu sambil sesekali diam-diam dan malu-malu memotret, hehee. Dengan yakin saya sampaikan niat untuk mempersuting seorang wanita yang akan menemani kehidupan masa depan sebagai seorang istri. Yang akan bersama-sama melewati setiap kejadian baik dan buruk, menjalani setiap suka dan duka, untuk saling melengkapi dan menguatkan. Alhamdulillah kedatangan saya malam itu disambut baik ayah dan Ibu.

Beberapa hari setelahnya saya segera pulang kampung untuk meminta restu mak dan abak. Lalu mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan. Di samping itu, ia juga harus berangkat ke Yogyakarta selama beberapa bulan untuk menyelesaikan kuliah yang belum sepenuhnya rampung. Kalau boleh disebut LDR, kami berjauhan untuk beberapa bulan tapi tetap berkomunikasi lewat layar telepon.

Jika pada bulan puasa yang lalu saya hanya datang sendiri, maka pada minggu ke dua bulan Oktober 2022 saya kembali datang bersama datuk, mak dan abak. Untuk menuju jenjang yang lebih serius, secara resmi bersama keluarga saya melamarnya lalu menentukan tanggal pertunangan, akad nikah serta resepsi. Setelah beberapa perubahan jadwal hasil berbagai macam pertimbangan, kami pun bertunangan pada tanggal 15 Oktober 2022. Satu tahap terlewati.

Acara pertunangan berjalaan dengan lancar. Sabtu malam setelah sholat isya kami sekeluarga Bersama pemangku adat dan beberapa orang tetangga berangkat dari kediaman datuk menuju rumahnya. Kami hanya datang lalu duduk manis dan mendengarkan, acara sepenuhnya dipandu oleh ketua adat masing-masing. Setelah acara usai kami kembali mengambil beberapa foto bersama keluarga dan teman-teman yang ikut hadir dan mendo’akan.


Setelah acara pertunangan selesai, maka hari H pernikahan rasanya semakin dekat saja. Kami mulai disibukkan dengan berbagai persiapan menuju akad nikah dan acara resepsi pernikahan. Mulai dari mengurus berbagai macam surat-menyurat sebagai syarat administrasi di Kantor Urusan Agama, mencari Weeding Organizer yang cocok, pun juga memilih dekorasi hingga pakaian yang pas. Alhamdulillah semuanya juga berjalan dengan lancar.

Walaupun cukup memusingkan juga saat menentukan tema resepsi pernikahan, mencari warna yang tepat, lalu menyesuaikan dengan pakaian yang akan dikenakan keluarga saat acara. Tapi bagi saya sendiri hal tersebut tidak terlalu menjadi beban pikiran, karena ada satu kalimat sakti yang bisa menyelesaikan itu semua, yaitu: “Ikut aja, mana yang bagus” hehee

Di akhir tulisan ini kami berharap siapapun yang membaca tulisan ini bisa ikut mendo’akan kelancaran acara kami. Semoga semua kebaikan yang kita rencanakan bisa terwujud menjadi kenyataan. Aamiin ya Rabbal’alaamiin

0 Komentar