PETUALANGAN KE GUNUNG TUJUH

            Kerinci memang surganya para pecinta alam. Negeri yang dijuluki “Bumi SAKTI Sekepal Tanah Dari Surga” ini memiliki panorama alam nan indah, puluhan objek wisata yang tersebar di beberapa lokasi mampu menghipnotis siapapun yang datang berkunjung. Wisata alam yang ada diantaranya yaitu air terjun, kolam air panas, danau, taman bunga, perkebunan teh, dan pegunungan yang menawarkan berbagai macam tantangan bagi Anda yang hobby berpetualang.

Kali ini saya akan menceritakan perjalanan kami menuju salah satu gunung yang ada disini, Upss, saya pikir bukan salah satu, melainkan salah tujuh karena gunung yang saya maksud adalah Gunung Tujuh.. hihihi,, #nggaklucu..

Selain Gunung Kerinci yang dikenal sebagai gunung tertinggi di Sumatra, kabupaten Kerinci juga memiliki gunung lain yang tidak kalah indahnya, yakni Gunung Tujuh yang sungguh istimewa karena terdapat sebuah danau vulkanik tepat di atas puncaknya. Danau Gunung tujuh merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 1.950 meter. Untuk dapat mencapai danau tersebut kita harus melakukakun pendakian selama beberapa jam terlebih dahulu. Capcuss..

Moment pulang kampung kali ini saya gunakan untuk kembali melakukan kebiasaan ketika eSeMA dulu, yaitu kegemaran saya berpetualang menaklukkan berbagai tantangan di alam bebas. Karena saat ini sedang musimnya “mai terip mai adpentur” (read: my trip my adventure), maka saya gunakan untuk ber-adventure mendaki Gunung tujuh. Hahay.

Perjalanan kali ini saya lakukan bersama teman-teman Penegak dan Pandega Gerakan Pramuka Kecamatan Batang Merangin, Kerinci, Jambi. Sebenarnya pada rencana awal kami akan memulai perjalanan sekitar pukul tujuh pagi, namun pagi itu alam sedikit bergoyang, terjadi gempa dengan kekuatan 6,5 SR dengan pusat gempa menurut pakde google berada di kawasan Kepulauan Mentawai yang goncangannya sampai ke daerah Jambi dan Bengkulu, cukup mengagetkan kami pagi itu. Selain itu, langit juga tidak secerah biasanya, awan hitam berubah menjadi butir-butir hujan sehingga memaksa kami tetap berada di dalam rumah. Sekitar pukul 10.00 WIB barulah alam mulai bersahabat, kami berkumpul di Istana Kebanggan (read: sekretariat) untuk memulai perjalanan menggunakan sepeda motor menuju kaki gunung yang berjarak cukup jauh, yakni membutuhkan waktu sekitar tiga jam menggunakan kendaraan bermotor.

Setelah berjalan kurang lebih dua jam kami harus berhenti dan mencari tempat berteduh karena hujan kembali turun cukup deras. Sembari menunggu hujan reda kami memilih untuk makan siang terlebih dahulu, kemudian sholat dzuhur dan ashar (jamak) bersama. Namun setelah hampir satu jam kami beristirahat hujan tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, kamipun memutuskan untuk menggunakan jas hujan dan tetap melanjutkan perjalanan dengan penuh kehati-hatian karena jalan yang mulai licin dan tergenang air.

Beberapa jam kemudian kami sampai di Gerbang Pos TNKS Resort Gunung Tujuh Desa Polompek, Kecamatan Kayu Aro, kabupaten Kerinci, Jambi. Setelah istirahat sejenak kami mulai melakukan sedikit pemanasan dan peregangan layaknya seorang atlet profesional ketika hendak bertanding, agar tidak cidera selama melakukan pendakian. Asyeek.. Sebelum memulai pendakian kami melapor terlebih dahulu  ke Pos Penjagaan dan membayar retribusi sebesar Rp. 5.000 per orang. Dari tempat ini sudah dapat kami nikmati pepohonan hijau yang begitu indah dan udara pegunungan yang amat sejuk berhembus mengucapkan selamat datang. Pendakian ini kami awali dengan membaca do’a bersama semoga selalu diberi kesehatan dan keselamatan selama proses pendakian.

Jam 16.00 kami mulai menapakkan kaki langkah demi langkah menuju puncak Gunung Tujuh. Jalur ini masih cukup datar dengan pemandangan kebun milik para petani di sebelah kanan dan kiri. Setelah 15 menit berselang kami sampai di jalur yang mulai menanjak di sela-sela pepohonan yang rindang. Jalur pendakian Gunung Tujuh memang cukup melelahkan karena merupakan jalur tanjakan yang cukup terjal diantara akar-akar pepohonan yang besar tanpa bonus dataran. Selama mendaki saya memilih menunduk saja melihat jalan dan sekali-kali menikmati pemandangan sebelah kiri dan kanan. Enggan rasanya melihat kedepan karena yang terlihat hanyalah tanjakan yang seakan tak berkesudahan. Ampiuun dah yaaa.. hehee.


Perjalanan ini terasa menyenangkan walaupun keringat mulai jatuh bercucuran membasahi badan, kami tetap berjalan perlahan diselingi tawa dan gurauan. Kami juga ditemani suara burung yang bernyanyi riang, entah lagu apa yang mereka nyanyikan, barangkali sedang dangdutan, hihii.. Serta dari kejauhan terdengar suara kera bersahut-sahutan memecah kesunyian. Sesekali kami berhenti untuk mengatur nafas yang sudah tak beraturan dan meminum sedikit air untuk membasahi kerongkongan. Setelah melewati setengah perjalanan petang mulai berganti dengan malam, kegelapan mulai menyelimuti hutan. Kami harus mengeluarkan perlengkapan senter sebagai alat bantu penerangan agar jalur perjalanan tetap kelihatan. Akhirnya sekitar jam tujuh malam kami sampai di sebuah dataran yang tidak terlalu luas, Inilah dia puncak Gunung Tujuh di ketinggian 2.500 meter lebih. Karena sudah cukup malam kami memilih untuk langsung melanjutkan perjalanan menuju danau yang ada di depan. Untuk menuju danau kami harus melewati jalur turunan selama hampir setengah jam, sayang sekali perjalanan kali ini kami lakukan diwaktu malam sehingga tidak bisa menikmati pemandangan danau yang indah terbentang.

Sesampainya di pinggir danau kami langsung mendirikan tenda sebagai tempat bermalam, menyalakan api unggun untuk menghangatkan badan dan memasak masakan ala anak kost’an (read: mie instan) untuk menu makan malam. Danau gunung tujuh sangatlah menawan, apalagi jika disaksikan dipagi hari, ketika matahari pagi mulai terbit menyinari alam. Airnya begitu jernih dan sejuk. Air ini juga mengalir ke beberapa sungai dan digunakan untuk mengairi pertanian.

Malam itu di pinggir danau, setelah mengistirahatkan diri dan menikmati makan malam saya memilih untuk berjalan menuju tepian untuk membersihkan diri, bersuci dan segera mengambil wudhu’. Dnginnya air danau memaksa saya untuk cepat-cepat kembali ke tenda. Sungguh malam yang indah, di atas sebuah jas hujan yang saya jadikan sajadah, dibawah ribuan bintang yang bertaburan, saya kembali menunaikan kewajiban sebagai seorang insan yang menghambakan diri kepada Ilahi untuk mensyukuri nikmat Rabb yang telah diberi. Fabiaiyialaa irobbikumaa tukazzibaan (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)


 Perjalanan panjang selama berjam-jam terbayar sudah oleh keindahan yang bisa kita nikmati ketika sampai di Puncak Gunung tujuh. Di pinggir danau juga terdapat perahu yang bisa kita sewa untuk berkeliling mengitari danau yang memiliki panjang 4,5 km dan lebar 3 km ini. Bagi teman-teman yang tertarik berpetualang ke Danau Gunung Tujuh silakan posting di kolom komentar, saya bisa menemani dan menjadi guide dalam perjalanan Anda. Sipp..

Sekian dulu yang bisa saya ceritakan, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di trip dan adventure lainnya..


0 Komentar