Pendakian Gunung Kaba


Salam Lestari..

Ada yang suka berpetualang?? Kali ini saya akan menceritakan petualangan kami melakukan pendakian ke gunung kaba atau yang lebih dikenal dengan sebutan bukit kaba. Entahlah, apakah ini gunung atau bukit, sebut saja gunung 19 tahun yang baru saja menikah. Upsss, maksud saya gunung yang memiliki ketinggian 1953 mdpl. Hihiii

Perjalanan ini kami lakukan selama satu bulan lebih, mulai dari iseng-iseng mengajak teman, mencoba membuat grup pendakian, hingga membuat pengumuman di beberapa media social. Diluar dugaan ternyata banyak sekali yang merespon ingin mengikuti perjalanan ini. Namun ditengah perjalanan anggota grup mengalami perubahan, ada yang keluar dan ada pula yang masuk. Hingga akhirnya pada tanggal 04 maret 2018 kami bersepuluh ditambah dua orang pasukan dari Kepahiang siap meluncur menuju Bukit Kaba.

Our team
Yang paling kiri adalah kak Eka, paling senior pada tim kami (saya sebut senior karena gak enak ngomong tua, heee). Sebelahnya yang memakai baju biru adalah Een, anak tapak suci yang gagal ikut turnamen karena persoalan berat bahan, xixixi. Yang ketiga adalah pasukan dari Kepahiang (maaf sampai hari ini saya lupa namanya) sebut saja Kepahiang 1. Sebelahnya adalah mbak Siti, pendaki yang satu ini kuatnya luar biasa (nanti akan saya ceritakan bagaimana kuatnya mbak Siti). Sebelahnya lagi Kepahiang 2, temannya Kepahiang 1 yang tadi, Hmmmm. 

Lalu yang pakai kacamata di kepala adalah Nengsih, si anak asrama yang gak pernah nolak kalau diajak jalan dan makan, wkwkwk. Selanjutnya Meldan Ade, adik tingkat saat kuliah yang selalu asyik dan tak pernah bisa diam. Lalu saya sendiri (Agung) yang imut, manis, dan masih single, hahahah. Sebelah saya adalah Ade Ardian (ada dua Ade dalam grup kami) yang satu ini kami angkat sebagai leader selama pendakian ini. Lalu Sandy, teman sekamar saya waktu kuliah s2 dulu. Dan yang mengambil gambar adalah Haidir, pelajar SMA Al-Mubarok kelas 2 (karena paling kecil makanya kami suruh ngambil gambar, hihii). Sebenarnya ada satu orang lagi yang akan saya jelaskan  dalam satu paragraf khusus nantinya.

Hari sabtu pagi kami berangkat dari Bengkulu menuju kabupaten Rejang Lebong lokasi pendakian Kaba. Setelah berhenti beberapa kali, saling menunggu, mencari, beristirahat, sholat dan mengisi perut kamipun siap memulai pendakian dengan niat dan semangat membara. Cayoo.

Jalur mulai menanjak
Langkah demi langkah kami ayunkan menyusuri pepohonan rindang yang sejuk dan asri. Karena jumlah tim yang cukup banyak (12 orang) tentunya kekuatan dan kecepatan kami berbeda-beda. Saya dan Ade Ardian harus membagi tugas sejak awal (karena kami berdua memegang alat kumunikasi handly talk). Jika rombongan terpisah menjadi dua, kami berdua harus ada dalam salah satu rombongan agar tetap bisa berkomunikasi. 

Benar saja, tak butuh waktu lama rombongan kami langsung terpisah menjadi dua, satu rombongan berada di depan dengan derap langkah yang masih cepat terawatt. Dan satu lagi ada di belakang dengan tertatih-tatih menyusul (walaupun tak terlalu jauh terpisah). Terkadang saya ada di rombongan depan, kadang saya menemani rombongan belakang. Sejujurnya saya lebih suka ada di belakang karena bisa santai dan tak ketahuan kalau sedang kelelahan. Karena selalu ada Agil yang menemani, Xixixi. Agil siapa? Anggota ke 12 yang tadi belum saya kenalkan. Yuk kita bahas lebih dalam.
The legend of Sungsang
Ini dia Agil (pinjam carrier bawaan saya untuk properti photo, andai dibawa sampai puncak pasti saya akan sangat bahagia, hehe) seorang pendaki muslimah yang mengenakan jilbab panjang dan tak mau bersalaman. Kenapa saya sebutkan tak mau bersalaman? Karena itu artinya dia tak mau dibantu sedikitpun oleh pria manapun, Mmmm. Agil ini selalu jadi bahan bully selama pendakian, ia berjalan pelan dan tak mau dibantu (namun tetap bergerak tanpa mengeluh, bravo Agil, hihi).

Sampai pada puncaknya tragedy sungsang pun terjadi pada saat perjalanan turun. Setelah hampir satu jam berjalan menuruni lereng Kaba, Agil berjalan beberapa meter di depan saya, Een dan Haidir. Saat itu suasana sedang sunyi senyap. Kami sibuk dengan langkah dan pikiran masing-masing. Agil berjalan perlahan menuruni jalur kecil yang sedikit curam. Sebelah kiri kami adalah tebing setinggi kepala, sedangkan sebelah kanan adalah jurang yang memang tak terlalu dalam. Entah kenapa pijakan kaki Agil sepertinya kurang stabil, tiba-tiba tubuhnya bergoyang, Haidir yang berada paling dekat ingin menjangkau tangan Agil namun masih ragu-ragu, dan Teeeeetttttttttt. Tak tega saya lanjutkan ceritanya. Yang jelas setelah itu suara tawa Een menggelegar diikuti teman-teman yang lain. Dan lekatlah sebuah nama “Agil Sungsang”. Maafkan kami Agil.. ahahaha
 
Mbak Siti (superwomen)
Selain Agil, saya ingin ceritakan superwomen yang satu ini (mbak Siti). Andaikan ada pemilihan pendaki terbaik dalam kelompok kami, pastilah saya akan langsung menunjuk mbak Siti. Kenapa tidak? Karena mbak Siti memang layak dengan gelar tersebut. 

Alasan pertama karena Mbak Siti satu-satunya perempuan yang siap secara fisik dan mental. Dari awal ia membawa carrier yang tentunya tidak ringan, bebannya kurang lebih sama dengan carrier yang saya bawa. Alasan selanjutnya adalah karena mbak Siti merupakan koki terbaik yang kami miliki. Terima kasih untuk makanan yang begitu lezat, heee. Mbak Siti juga satu-satunya perempuan yang bisa sampai ke puncak bersama saya dan pak ketua tim (Ade). Luar biasa pokoknya. Bahkan ketika berjalan menuju kawah hidup ia masih kuat menggendong carrier miliknya (katanya untuk property photo, haha), saat itu kami semua meninggalkan semua barang bawaan kami yang dijaga dengan setia oleh Agil. Sekali lagi terimakasih Agil,,hihi. 

Mungkin ini saja yang bisa saya bagikan kepada teman-teman.. Selebihnya biasa saja seperti pendakian pada umumnya. Mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai evaluasi di rumah masing-masing.. hmm..
Di lokasi camp
Ucapan terimakasih secara pribadi dan kelompok saya sampaikan kepada:
  1. Kak eka untuk dokumentasinya selama perjalanan
  2. Kepahiang 1 dan 2 untuk videonya
  3. Tim pria (kecuali saya) untuk naik turun tebing demi beberapa botol air bersih
  4. Ade Ardian dan Meldan Ade yang sudah memimpin perjalanan
  5. Een untuk ketawa tak hentinnya
  6. Agil yang sangat menghibur. Hehe
  7. Nengsih untuk baju gamisnya (naik gunung bawa gamis) 
  8.   Mbak Siti yang luar biasa
  9. Consina dan Rei sebagai sponsor sebagian besar peralatan yang kami bawa (walaupun semuanya beli) Semoga lain kali benar-benar disponsori. aamiin
  10. Terakhir kepada semua teman-teman tim “Kaba Sungsang” untuk perjalanan yang begitu mengesankan.



Terakhir saya ingin mengajak teman-teman yang berminat melakukan perjalanan bersama menuju Gunung Rinjani di Lombok pada pertengahan tahun 2018 ini. Saya tunggu kabarnya. Silakan hubungi via instagram @agung_kharisma_hidayah.

Salam Lestari

4 Komentar