Setiap Orang Butuh Tempat Kembali


Sampai detik ini saya masih sangat percaya kekuatan mimpi. Jika kita punya mimpi yang ditulis secara nyata, lalu rasakan dan resapi setiap hari. Kemudian bertindak dengan cara terbaik maka suatu saat mimpi tersebut akan menjadi nyata.

Saya sudah berkali-kali membuktikannya. Saat baru masuk kuliah dulu saya punya mimpi ingin menjadi Presiden Mahasiswa, lalu saya tulis besar-besar di dinding kamar dan beberapa tahun kemudian sayapun terpilih untuk memimpin Badan Eksekutif-nya Mahasiswa itu selama satu masa kerja. Lalu saya punya cita-cita ingin keliling Indonesia dan menginjakkan kaki di bagian-bagian terjauh negeri ini. Tahun berikutnya hari-hari saya-pun diisi dengan berkeliing negeri indah bernama Nusantara ini. Serta masih banyak lagi impian lain yang seakan terwujud begitu saja, membuat saya sedikit merasa ter-kaget-kaget olehnya.

Namun, akhir-akhir ini sepertinya Sang-Maha-Mengendalikan sedang menguji kekuatan yang saya miliki. Beberapa mimpi yang saya buat cukup besar setahun terakhir ini hanya berakhir sebagai tulisan belaka. Tak satupun yang berhasil saya wujudkan menjadi nyata. Salah satunya adalah keinginan untuk segera melanjutkan studi EsTiga, sampai hari ini belum menunjukkan sedikitpun kabar baiknya, masih semu, masih gelap, belum ada cahaya.

Mimpi sederhana lainnya seperti menginjakkan kaki di salah satu ketinggian terindah Kepulauan ini, yaitu puncak Anjani. Belum juga berhasil saya lakukan, walau sudah berjuang sekuat mungkin, merencanakan perjalanan se-detail mungkin, namun sebuah gempa yang diperintahkan-Nya berhasil menggagalkan semua rencana.

Akhir-akhir ini saya sering merasa frustasi akibat kabar buruk yang beberapa kali terjadi. Hal-hal kecil yang terjadi cukup sering berhasil mengubah suasana hati dengan begitu cepat. Membuat saya sedikit pesimis dalam memandang dunia. Tapi itu semua tak boleh berlarut-larut. Kita harus tetap hidup seperti bumi yang terus berputar mengitari matahari. Ia tak pernah punya waktu untuk kita mengambil jeda walau hanya beberapa saat. Ketika kita diam dan terpuruk, waktu akan terus berputar dengan kecepatan yang sama. Maka sekali lagi jangan mengambil jeda terlalu lama, teruslah berjalan walau terasa berat.

Saya berpikir sejenak. Sepertinya saya butuh tempat kembali. Seperti Muhammad saw yang kembali kepada Khadijah saat ia merasa lelah. Sayapun demikian. Sepertinya saya butuh Khadijah. Hmmm. Saat ini Khadijah terbaik tetaplah “Emak”, tak ada yang lain, tak tergantikan, tak ada duanya. Setiap kali butuh tempat kembali saya selalu kembali ke tempat yang sama. Pulang kampung dan bertemu Emak adalah solusi terbaik untuk melupakan semua beban kehidupan yang menyesakkan. Baru saja masuk melewati pintu melihat senyumnya yang penuh sayang membuat saya merasa menjadi insan paling bahagia di dunia ini. Atau sekedar menghubunginya lewat udara, saling bertanya kabar, menceritakan hal-hal yang tidak terlalu penting sudah membuat hati ini merasa lega. Obrolan kecil seperti sedang apa, masak apa, makan apa, beli apa, dan hal sepele lainnya selalu berhasil membuat saya amat merindukannya.

Bagaimanapun juga, kita selalu butuh tempat kembali, Untuk sekedar mengambil jeda, untuk kembali menata rencana meraih mimpi-mimp besar lainnya. Love You Emak.

1 Komentar