Salam Lestari.
Salam GOKIL terDasyat..
Provinsi Bengkulu memiliki banyak sekali wisata alam yang
tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada. Salah satunya adalah air terjun
Datar Lebar yang berlokasi di Kabupaten Bengkulu Tengah. Kali ini saya akan
menceritakan perjalanan kami berpetualang kesana. Capcuss.
Sebagai seorang pecinta traveling
dan wisata alam, tentunya air terjun adalah salah satu destinasi yang menarik
untuk dikunjungi. Apalagi perjalanan ini dilakukan bersama teman dan kolega,
pasti akan selalu menarik dan menyenangkan.
18 orang Tim Datar Lebar Fall |
Kami berangkat menuju air terjun Datar Lebar dengan kekuatan
penuh. Hampir satu kodi pasukan berani eksis yang berangkat kali ini. Ada kamil
si anak masjid yang mengajak satu orang temannya (Kiki), Nengsih penghuni
Rusunawa besama rekannya Agil, Ada Mbak Siti bersama keponakannya (Salsa).
Ada lima orang Duta Kampus UMB 2018, yaitu Ani, Febby,
Endang, Nurul, dan Robet yang selalu eksis di kamera. Lalu ada Samsul si calon
Wapresma, Della yang suaranya selalu khas sepanjang perjalanan. Ditambah Siska
dan tiga orang rekannya dari KAMPALA Unib. Dan terakhir tentu saja saya sendiri
(Agung) yang selalu tergila-gila pada alam Indonesia nan indah luar biasa.
Jembatan dari bambu |
Untuk sampai ke air terjun Datar Lebar, kami menggunakan
kendaraan bermotor dari kota Bengkulu menuju desa Taba Penanjung kabupaten
Bengkulu Tengah. Memakan waktu kurang lebih satu jam setengah, itu karena
perjalanan yang cukup santai, ditambah lagi beberapa kali berhenti di pom
bensin dan warung makanan serta ada sedikit insiden di tengah perjalanan.
Dari rumah warga yang secara mendadak kami jadikan lokasi parkir
(tentunya atas seizin yang punya rumah), kami harus berjalan kaki agar dapat
menikmati keindahan air terjun yang masih asri. Secara pribadi, ini adalah
perjalan saya yang ketiga menuju Datar Lebar setelah dua perjalanan sebelumnya
pada tahun 2015 silam.
Sebelum mulai menapakkan langkah demi langkah, kami berkumpul
sejenak untuk berdo’a dan meminta kepada yang Maha Kuasa agar setiap gerakan
yang kami lakukan tetap diberkahi oleh-Nya. Kami juga saling mengingatkan
sebuah etika wajib saat berada di alam, yakni “Tidak mengambil apapun selain
photo, dan tidak meninggalkan apapun selain jejak”. Jangan sampai objek wisata
yang begitu indah dikotori oleh tangan-tangan yang tak bertanggungjawab. Setuju
tidak?? Harus setuju yaa.. hehee
Berpose di tengah perjalanan |
Sepanjang perjalanan selama satu jam lebih, kami disugukan pemandangan
yang menyejukkan mata. Mulai dari perkebunan kopi milik warga, pepohonan
rindang yang melindungi dari teriknya sang surya, serta nyanyian burung yang
begitu menggoda. Lelah perjalanan seakan tidak terasa, terobati oleh keindahan
yang tertata di depan mata.
Jalan yang kami lalui tidak terlalu sulit. Jalurnya relatif
datar, walaupun sekali-kali ada juga yang mendaki namun tak terlalu tinggi.
Tapi sedikit licin, karena tanah liat yang kami pijak baru saja diguyur hujan
lebat pada malam sebelumnya. Jika teman-teman berniat berwisata kesini, saya
sarankan memakai alas kaki yang tepat. Gunakan sepatu atau sandal gunung agar
tidak kesulitan melangkahkan kaki, dan agar tidak terpeleset saat menelusuri
jalurnya yang licin. Hindari menggunakan sepatu kulit atau hills yaa. Hihiii
Sesampainya di lokasi air terjun kami langsung disugukan
pemandangan yang begitu indah. Aliran air yang sangat jernih jatuh menimpa
bebatuan sehingga menghasilkan bunyi yang begitu menggoda. Menggoda setiap
orang yang datang untuk segera menceburkan diri kedalam kolam yang terbuat
secara alami dibawahnya.
Setelah mengambil photo dan video dengan pose masing-masing,
sebagian dari kami langsung saja melompat ke dalam air. Saya sendiri lebih
memilih beristirahat sejenak dan menikmati makanan yang kami bawa sembari
mensyukuri nikmat yang diturunkan Allah ke muka bumi.
Menikmati segarnya air terjun Datar Lebar |
Setelah mengisi perut dengan makanan yang terasa lebih enak
dari biasanya (mungkin karena makan di pinggir air terjun). Saya lalu menyusul
teman-teman yang lain dan terjun ke dalam air yang begitu sejuk (walaupun tak
sesejuk air danau Gunung Tujuh. Baca: Petualangan ke Gunung Tujuh).
Sesampainya di dalam air
saya langsung berenang ke tengah mendekati aliran air yang jatuh dari atas.
Namun mendadak paha sebelah kanan saya terasa sakit karena keram. Sehingga saya
harus langsung kembali ke pinggir untuk mencari pegangan dan beristirahat. Saya
baru ingat kalau ternyata saya belum melakukan peregangan sebelum berenang.
Beberapa menit saya berdiam menahan sakit, memijat-mijat bagian yang sakit agar
kondisi kaki kembali baik. Huffft. Lain kali jangan terlalu semangat dan jangan
lupa peregangan dulu sebelum loncat.
Pose dulu joss |
Terlepas dari beberapa insiden kecil yang terjadi, kami semua
sungguh menikmati perjalanan ini. Beginilah cara kami menikmati hidup,
beginilah cara kami mensyukuri nikmat yang diberikan Rabb yang menciptakan
semesta alam raya ini. Allahu Akbar.
Sampai jumpa di trip selanjutnya.
7 Komentar
Wowwww. Kali ini bersama pasukan yg berbeda dari dua tahun yang lalu. Hohoh :D
BalasHapuswah.. kapan kt satu tim lagi?? heee
HapusMantap kak. Hehee
BalasHapusMantap dek.. hehee
HapusMantap kak.
BalasHapusMastab dek Febby.. hee
HapusWaw,, super,, 2015,,berarti ketika baru dibuka lagi bumi perkemahan tersebut sejak 2002
BalasHapus