Pengalaman solo hiking


Sebelum saya mulai bercerita mari kita gunakan beberapa detik ini untuk menarik nafas panjang dan tersenyum ikhlas supaya semua beban yang masih melekat di pundak sedikit berkurang.. smile.. :) 

Kali ini saya ingin menceritakan perjalanan saya menapakkan langkah menuju puncak gunung Merapi yang ada di Jawa Tengah. Perjalanan ini saya lakukan seorang diri atau biasa dikenal dengan istilah solo hiking. 

Salah seorang teman sempat bertanya “kenapa hanya muncak sendiri?” saya jawab karena ingin merasakan kesendirian agar bisa memuhasabah diri supaya saya sadar betapa kecilnya kita di hadapan Rabb ketika berada di tengah hutan dan jauh dari hiruk-pikuk dunia. Padahal alasan lainnya juga karena tidak ada yang mau saya ajak muncak.. hehee

Perjalanan ini saya lakukan pada pertengahan tahun 2017, beberapa hari sebelum acara wisuda, namun  baru sempat saya ceritakan saat ini. Saya menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan selama pendakian ke dalam carrier merah kesayangan, mulai dari tenda, alat masak, pakaian ganti, sleeping bag, makanan, hingga pretelan-pretelan kecil khas anak gunung. Jiah, rasa-rasa jadi anak gunung. Hihii

Saya berangkat dari kota Yogyakarta menggunakan sepeda motor pada pagi hari sekitar pukul 09.00. Dengan berbekalkan googlemap, pada saat zuhur saya sampai di titik awal pendakian yaitu sebuah daerah bernama New Selo. Saya memilih beristirahat sejenak sambil menikmati nasi bungkus yang sudah saya siapkan dari rumah dan melaksanankan kewajiban sebagai seorang muslim.

Beberapa waktu kemudian datanglah satu rombongan dari Solo beranggotakan sekitar 8 orang yang juga ingin melakukan pendakian. Kelebihan saat berada di gunung adalah rasa persaudaraan yang tinggi, mereka mengajak saya untuk melakukan perjalanan bersama, berhubung saya hanya sendiri saya pun mengiyakannya. Dalam rombongan itu terdapat lima orang pria dan tiga orang wanita, beberapa orang diantaranya terlihat sudah terbiasa naik turun gunung, itu terlihat dari bawaan mereka yang super besar (kayak bawa kulkas, hhee). Namun beberapa lagi terlihat masih amatir, itu terlihat dari penampilan mereka yang lebih mirip seperti orang yang mau jalan-jalan ke mall. Hmm. 

Pos II Gunung Merapi

Sekitar pukul 1 siang kamipun mulai menapakkan langkah demi langkah menuju ketinggian 2.930 mdpl. Perjalanannya cukup melelahkan darena jalur yang harus dilalui dari awal hingga sampai puncak adalah jalur berpasir dan berdebu, kita hampir tidak pernah menemukan tanah padat selama pendakian.  Bagi teman-teman yang berniat menuju gunung Merapi saya sarankan agar menggunakan sepatu gunung (bukan sandal gunung) agar kaki kita tidak cidera terkena butiran pasir, juga jangan lupa membawa masker untuk menjaga pernafasan. 

Setelah beberapa waktu berjalan kami sampai di tempat pemberhentian pertama. Dari sini rombongan kami terpisah menjadi dua, saya dan dua orang lainnya berada di depan karena kami tak sanggup berlama-lama menunggu dan harus berhenti terlalu sering. Kami juga membawa tenda agar bisa sampai lebih awal dan langsung mendirikannya. Sedangkan rombongan lain ada di belakang kami. 

Sekitar pukul lima sore kami tiba di dataran yang cukup luas bernama pasar bubrah. Disinilah kami akan bermalam. Saya memilih mendirikan tenda di balik sebuah batu besar agar terhindar dari terpaan angin yang cukup kencang. Setelah semuanya siap saya merebahkan badan dan beristirahat sejenak. Karena hanya sendiri sayapun harus bergegas bangun dan menyiapkan menu makan malam, tidak akan ada makanan yang jatuh dari langin begitu saja. Saya membuka perbekalan yang ada, sebagai orang asli Indonesia maka beras tak boleh ketinggalan, nasi putih pun siap disantap dengan lauk seadanya.

Malam itu terasa begitu tenang dan sunyi, hanya angin malam yang terdengar berhembus dari luar tenda. Saya hanya sendiri berada di ketinggian hampir 3.000 meter. Disaat itulah banyak sekali pikiran-pikiran yang merasuk ke dalam diri, ingatan melayang mengingatkan kesalahan-kesalahan di masa lalu, terbayang orang-orang yang saya cintai, juga terpikirkan masa depan yang masih menjadi misteri. Disanalah saya berusaha menikmati kehidupan yang indah ini.

Menikmasti matahari pagi

Pagi harinya saya dan pendaki lain bergerak menuju puncak untuk menikmati indah dan hangatnya sinar mentari. Serta mensyukuri kehidupan yang penuh sandiwara ini. Alhamdulillahirobbil alamin.

Maka gunung mana lagi yang akan kau daki? InsyaAllah Rinjani menanti.. -,-


0 Komentar